Spread the love

Buat para ibu Muda yang baru pertama merawat buah hati, pada pembahasan kali ini aku akan membahas pengalamanku tentang MPASI. Di artikel kali ini aku akan membahas gimana pengalaman MPASI selama kurang lebih satu tahun belakangan.

Buat yang gak tahu apa itu MPASI, MPASI adalah singkatan dari Makan Pendamping ASI yang biasanya bakal dilakukan setiap ibu ke anak-anak mereka. Aku akan menceritakan pengalamanku baik itu senang, sedih, sampai kesal. Buat kamu yang lagi mempersiapkan MPASI, simak pembahasan kali ini.

Pengalaman MPASI

Disclaimer lebih dulu, semua hal yang aku akan tulis di pembahasan kali ini berdasarkan pengalaman dan pemikiranku. Jadi pastikan gak bisa disamaratakan dengan orang lain, tergantung kondisi masing-masing orang. Kalau cocok kamu bisa ambil, kalau engga bisa kamu abaikan saja.

Alat MPASI itu Penting, Tapi ada hal yang Lebih Penting!

Hampir sama saat mengurus ASI, aku juga gak banyak belajar tentang MPASI. Jadi pada saat dokter kasih saran di tanggal sekian sudah bisa MPASI, aku baru serius buat mempersiapkan segala hal soal MPASI.

Tapi saat itu aku lebih banyak belajar soal hal-hal teknis misalnya seperti alat apa yang harus dipakai, menu yang cocok untuk buah hati, dan sebagainya. Tapi ternya ada hal penting yang harusnya lebih dulu aku siapkan, yaitu mental.

Mengingat saat pengalaman ASI, banyak hal yang harus aku pelajari dan harus banyak adaptasinya. Saat ASI sudah terbiasa dan sudah paham ritmenya, aku merasa bahwa ke depannya nanti akan lebih mudah dijalani.

Tapi pada kenyataannya tidak, MPASI punya tantangan tersendiri yang berbeda pada saat ASI. Di sini mental menjadi peran yang penting banget.

Mental yang dimaksud adalah:

  • Harus punya kesabaran saat anak tidak mau buka mulut
  • Harus pantang menyerah saat anak tidak cocok dengan makanan
  • Menyiapkan segala cara untuk membujuk anak mau makan
  • Harus sabar saat anak gak mau makan makanan yang sudah kita buat
  • Segala hal tentang anak dan makanan

Karena aku kurang siap dengan hal ini, aku jadi sering stres sendiri dan marah ke anak saat anak gak mau makan atau gak cocok dengan makanan yang sudah aku masakin.

Terapkan Sistem BLW dan mencari Inspirasi di Sosial Media

Kamu bisa menemukan informasi di internet atau akun-akun sosial media soal Baby-led Weaning (BLW). Tapi di sini aku gak memakai full BLW, karena aku juga menerapkan spoon feeding, finger food, dan juga mengizinkan anak untuk makan sendiri.

Menurut aku konsep BLW cukup menarik, dimana cara menghargai anak makan sampai membiarkan anak menikmati proses belajar makan. Oleh karena itu kebanyakan anak-anak BLW umumnya dibiarkan untuk makan sendiri walaupun pasti akan berantakan.

Dengan begitu aku jadi gak repot harus bersihkan mulut setiap kali suapan. Karena menurut aku itu malah bisa mengganggu dia. Hal yang terpenting adalah menghargai anak jika anak memutuskan untuk menyudahi makannya walaupun belum habis. Dengan begitu anak jadi tahu konsep kenyang dan lapar.

Akhir Kata

Itu pengalaman aku tentang MPASI walaupun gak aku bahas teknis dan detailnya. Aku pribadi selalu mengacu ke dokter anak agar MPASI bisa berjalan baik dan sesuai. Aku juga mengikuti beberapa anjuran dokter lewat akun Instagram yang membahas MPASI dan menurut aku memang sesuai dengan yang ingin aku terakan.

Semuanya gak selalu berjalan mulus. Sampai saat ini juga kadang anak tiba-tiba gak mau makan atau kurang suka dengan masakannya. Tapi aku selalu berusaha tenang dan mengikuti kemauan anak.

Demikian pengalaman aku soal MPASI dan semoga bisa menginspirasi kamu semua.

Begini Pengalaman MPASI Kurang Lebih 1 Tahun